"Bisu."
Begitulah para pedagang di Pasar Kebalen memanggil Bu Pon (50). Ia warga Desa Baran Ngingit, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Saya sendiri memanggilnya buk Poniti.
Saya berkenalan dengan cara yang unik. Saat berjumpa dengan Buk Pon untuk pertama kali, saya langsung memotretnya tanpa permisi terlebih dahulu. Bukannya menolak, buk Pon tertawa tanpa suara dan berpose bak foto model majalah ternama. Penasaran, saya menghampiri beliau untuk sekedar menyapa dan bercanda.
Keseruan mulai datang saat saya bertanya siapa nama beliau. Pedagang sekeliling mulai tertawa dan mengatakan bahwa buk Pon adalah seorang difabel tuna rungu dan wicara. Bukannya mundur, saya malah tertarik untuk lebih mengenal beliau.
Saat itu ada suatu hal yang terlintas dalam benak saya. Saya teringat ramalan Raja Jayabaya: "pasar ilang kumandange " (pasar kehilangan suaranya). Sebuah kebetulan yang sangat cocoklogi. Hahaha..
Tentu itu cuma sebatas pikiran gurauan saya. Yang sebenarnya saya ingin tau lebih mendalam adalah bagaimana cara buk Pon menjajakan dagangan, serta melakukan transaksi, seperti tawar menawar dengan para pembeli.
Ternyata ada Yuk Ti, atau Bu Siti (58) yang selalu setia menemani buk Pon untuk berjualan. Saya pun mulai berkenalan dengan cara yang baru bagi saya yaitu berbicara dengan 3 arah. Saya, Yuk Ti, dan tentunya buk Pon. Tak jarang apa yang saya tanyakan saya tulis di secarik kertas untuk dibalas oleh buk Pon.
Yuk Ti (kiri), sahabat setia bu Pon. |
Semangat buk Pon untuk mencari nafkah bagi 2 anak serta 3 cucunya menyadarkan saya untuk selalu bersyukur dan tidak mudah menyerah. Buk Pon mengingatkan saya dengan RA Kartini, sosok perempuan yang berkarakter kuat dan menjadi pahlawan bangsa.
Pada akhirnya, saya membingkai sebuah foto portrait untuk buk Pon sebagai kenang-kenangan perkenalan saya dengan beliau. Setiap datang memotret ke Pasar Kebalen, saya menyempatkan diri untuk menyapa dan memotret buk Pon.
Nb: bagi teman-teman pemotret jika bertemu dengan buk Pon, belilah dagangan beliau biarpun hanya dagangan sederhana yaitu buah-buahan seadanya.
Teks & foto: Mamex Erdianto
Editor: Rizal Pratama
No comments:
Post a Comment