Sebuah kalimat singkat dari seorang nawak saat ngumpul-ngumpul di hari terakhir pameran Local Arti2t. Berbagai ide muncul pada saat itu. Mulai dari tema pameran selanjutnya, kegiatan diskusi dan sharing fotografi, termasuk yang receh seperti ngopi bareng.
Walau begitu, kami sadar bahwa menjaga momentum kembalinya aktivitas memotret ruang publik harus lebih diutamakan. Itu adalah motivasi awal kami ketika menggagas Local Arti2t. Apalah artinya mampu menghadirkan event yang menarik perhatian banyak orang, tapi hanya segelintir saja yang konsisten memotret di ruang publik. Apalah artinya ide-ide menarik untuk pameran selanjutnya, tapi kekurangan referensi bahkan materi visual yang solid untuk mewujudkan ide tersebut. Bukankah sesuatu yang besar bermula dari hal yang kecil?
Kegiatan rutin yang merupakan nafas komunitas ini harus terus berjalan. Itulah kesepakatan kami. Acara-acara yang dapat merawat semangat memotret tetap harus hadir di Malang. Apakah nantinya diramaikan oleh wajah lama atau baru, bukan sebuah persoalan. Memotret ruang publik adalah hak semua orang. Street photography bukan hanya milik beberapa orang saja.Sebagai komunitas di bidang documentary & street photography yang telah eksis selama satu dekade, Walkingalam ikut memiliki tanggung jawab moral agar kegiatan nyodrek, tetap on the track. Apalagi sejak pandemi, nyodrek bareng menjadi sangat sulit untuk diadakan.
Vakumnya nyodrek bareng dalam waktu yang cukup lama, membuat kami merasa kegiatan ini butuh semacam rebranding. Tak masalah jika orang menganggap ini hanya "gimmick". Asalkan bisa nyetreet bareng nawak-nawak yang lain, kami sudah sangat senang. Kami lalu mengusung nama kegiatan Sodreknalin, yang diplesetkan dari nama suatu event musik berskala internasional.
Tidak ada perdebatan di antara nawak-nawak yang berkumpul saat wacana rebranding ini muncul. Kami justru terkekeh saat ada yang menimpali dengan kepanjangan dari Sodreknalin; Sodrek Uji Adrenalin. Tanpa fafifu wasweswos lagi, kami semua langsung setuju dengan judul baru kegiatan nyodrek bareng tersebut.
Sesi foto bersama sebelum ladub nyodrek |
Sepenggal lirik lagu anak karya Melly Goeslaw yang sempat laris menjadi backsound konten di media sosial, cocok untuk menggambarkan situasi Minggu pagi di Alun-alun Kota Malang. Teriknya matahari pagi, membawa semangat baru untuk bertemu dengan nawak-nawak yang telah mengonfirmasi keikutsertaan melalui DM instagram @walkingalam.
Sesuai informasi yang tercantum pada poster kegiatan, kami berkumpul sejak 06.30 untuk mendapatkan vitamin D gratis yang diberikan oleh Sang Maha Pemberi. Apakah terlalu pagi? Jelas tidak.
Bagi sebagian penggiat street photography, jam 06.30 bukan lagi waktu untuk berkumpul. Melainkan sudah waktunya mulai berjalan kaki, mengolah raga dan rasa, melihat lingkungan sekitar. Jam kumpul Sodreknalin sengaja diatur seperti itu agar kami punya waktu berkenalan dan menyapa nawak-nawak yang baru pertama kali memotret di ruang publik.
Sodreknalin Vol.01 dipandu oleh Sam Mamex dengan rute Alun-alun menuju Pasar Besar, finish di Kauman Coffe dengan terlebih dahulu melewati daerah Kudusan. Sekurangnya ada 10 orang yang bergabung, menyusuri rute yang ditentukan.
Tak hanya memotret, tapi berkomunikasi dengan lingkungan sekitar juga dilatih oleh beberapa peserta. Saking asiknya berkomunikasi, beberapa nawak bahkan membeli dagangan dari penjual gorengan yang ada di sisi Timur Pasar Besar. Tujuannya? Ya untuk ngemil lah... 😃
"Ini acara nyodrek apa ngemil bareng, mas?"
Jadi gini, sejak dahulu di Walkingalam ada semboyan 4 sehat 5 sempurna. Intinya, dalam melakukan street photography kita sejatinya tidak hanya semata-mata mau mendapatkan foto yang bagus, tapi juga menguatkan 4 elemen dasar. Apa saja itu? Silakan menyimak ulasan dari mas Arif Furqan berikut ini.
Terima kasih yang telah bergabung di Sodreknalin Vol. 01, kami tunggu kehadiran nawak-nawak yang lain di acara-acara Walkingalam selanjutnya.
Tetap sehat, tetap nyodrek.
Salam 4 sehat, 5 sempurna.
No comments:
Post a Comment