Minggu sore
menjelang hujan itu kami ngrobrol kesana kemari, curhat, tentang fotografi,
tentang apa saja. Sampai rintik hujan datang, lalu kemudian deras. Kami yang
datang dari perkumpulan apa saja ini tetap ngobrol. Memang terasa tidak tuntas
karena ngobrol cuma jadi obrolan, cuma jadi angan. Namun di satu titik kami
yakin, kami punya PR banyak. Lalu, apa acara “Galau Fotografi” di akhir pekan
ini menjadi obat galau? Tidak, kita cuma ngumpul, saling mengadu keluh kesah,
masalah, dan gundah. Tapi setidaknya ngumpul kali ini kami bisa ngobrol dari
hati ke hati (tentang fotografi tentunya).
Fotografi memberikan saya kepuasan
saya menyalurkan energi (negatif ataupun
positif) melalui karya
awalnya sih karena trend… lama-lama serius
juga
Fotografi itu tentang sudut pandang
Fotografi, passion, addiction, antara
kenikmatan dan kebutuhan
saya senang berfotografi
saya pengen motret terus, entah kenapa
fotografi itu medium bercerita yang paling
pas buat saya
karena fotografi saya terus penasaran
aku motret terus diapakno?
aku melihat dunia luar
fotografi itu pencarian, pencarian diri
dokumentasi diri dan dunia
Itulah
beberapa ungkapan dari rekan-rekan yang hadir kemarin sore merespon pertanyaan
tentang mengapa sih mereka berfotografi? Mengapa harus fotografi? Tidak banyak
yang bisa menjawab pertanyaan ini dengan mudah, karena memang sedang dirudung galau.
Untungnya tidak ada yang bertanya pada saya, karena saya sedang berpura-pura
menjadi moderator.
Banyak dari
kami yang tidak menyadari perjumpaan dengan fotografi serta makna hari-hari yang
telah kami jalani dengannya. Banyak dari kami yang menjalaninya tanpa arah,
karena kepingin aja, padahal ndak tau kepinginnya kaya gimana. Banyak dari kami
yang tidak tahu bahwa sesungguhnya ada komitmen-komitmen—sok serius—yang harus
dipertimbangkan. Banyak hal tentunya, terutama ketika salah satu dari kami menjadi
presiden yang memiliki rakyat-rakyat fotografi. Kami bimbang dalam
jalan bercabang, terombang-ambing dalam ombak, Aduh! Kami galau! Kami
tak tahu ini dunia macam apa.
Setelah
obrolan tanpa arah, kami semakin kehilangan arah, tapi kami jadi tahu
motivasi-motivasi rekan-rekan lain dalam berpraktik fotografi, kami jadi tahu
pilihan-pilihan yang telah ditempuh dan mungkin bisa menjadi salah satu jalan
kami. Saya pribadi pun senang, ketika beberapa orang yang belum saling kenal
bisa ngobrol intens, dari hati ke hati, semua itu karena apa?
Fotografi
mungkin....
Tidak ada
hasil apa-apa yang bisa saya tuliskan dari pertemuan kemarin. Kami pulang dalam gempuran hujan, teman-teman pulang dengan kegalauan baru dan pikiran-pikiran
yang lebih njlimet daripada sebelumnya. Tapi kami sempat bertukar alamat, baik
alamat telpon, watsap, instagram, dan saling tag foto sehingga jikalau kemudian
kami mengalami kegundahan dan kesulitan kami saling siap memberi bantuan. Selanjutnya,
kami mungkin pilek, kami lalu akan istirahat, makan yang baik dan benar.
Selamat menikmati
kegalauan dan kegelisahanmu kawan
tanpa itu
semua kalian gak berkarya!
teks&foto:furqan, andi, m1qbal