Fotografi adalah tentang pendekatan (approach), begitu pula dalam Environmental Portrait (EP), peran
komunikasi antara fotografer dan subjek juga sangat dibutuhkan dalam pembuatan
sebuah EP. Suasana selama pemotretan akan lebih cair dan frame yang dihasilkan
pun akan lebih ber“nyawa” dengan adanya komunikasi. Komunikasi
yang baik juga berguna
untuk
menghindari konflik informasi,
terutama yang sering terjadi adalah caption ‘ngawur’ tanpa informasi yang
benar-benar didapat dari narasumber. Seringkali kita
melihat foto dengan caption yang membahana (sering terlihat di Media Sosial),
padahal fotografer tak pernah berinteraksi dengan subjek. Validitas data yang disajikan dalam foto merupakan hal
yang vital untuk sebuah Environmental Portrait. Daya
tarik subyek yang akan di EPkan menjadi point penting setelahnya.
Aurora (21), Gadis cantik dari Desa Sumber Pasir ini baru dua minggu membantu orang tuanya berjualan pakaian di Pasar Pakis. Foto oleh Raga Nugra Pratama |
Berbicara
Environmental Potrait adalah membuat potrait subjek manusia yang menunjukkan
latar atau tempat dimana dia beraktifitas. Latar lingkungan merupakan unsur
yang utama dalam sebuah Environmental Potrait. Itulah sekilas materi EP yang
diberikan Mentor Boljug (Ichwan Susanto) pada pertemuan ke 2 #winMINIWORKSHOP
pada jumat lalu.
Peserta berkumpul di rumah mas Boljug pagi-pagi sekali, jam 6 pas!
Pada pertemuan kedua ini,
para peserta workshop sebagian besar sudah lebih luwes dalam berinteraksi
dengan keadaan sekitar, berkomunikasi dengan calon subyek, sebagian kecil sudah
bisa mendapatkan perhatian calon subyek sehingga memudahkan dalam proses
eksekusi foto EP. Ditambahkan lagi, bahwa peserta sejauh ini masih kurang dalam
hal mengantispasi momen atau keadaan sekitar, karena beberapa peserta
menyampaikan, salah satu kendala yang kerap kali muncul saat pertemuan kedua adalah
kesulitan dalam meminimalisir gangguan di sekitar subyek, yang dapat
berpengaruh pada kesediaan subyek dalam memberikan informasi yang kita butuhkan. Yang
mana dipertemuan berikutnya hal seperti ini akan lebih bisa diantispasi oleh
peserta workshop.
Bapak Muhajir (58), Pria asli Tumpang ini telah 30 tahun berjualan kain di Pasar Pakis. Foto oleh Falahi Mubarok |
Ibu Miftachur Rohmah (47) telah berjualan berbagai macam pakaian di Pasar Pakis selama 5 tahun terakhir ini. Foto oleh Ahmad Nafik Mundzir |
Dalam sesi workshop kali ini, sekali lagi para peserta workshop perlu diacungi jempol atas niat dan dedikasinya. Segala materi dan tugas telah dijalankan dengan baik meskipun ada beberapa catatan dari mas Boljug. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa dengan terus berproses, visual-visual yang dihasilkan akan lebih luarbiasa lagi. Dalam pertemuan selanjutnya, akan ada kejutan, sebuah tugas spesial yang akan membuat peserta bangun lebih pagi, dan mempersiapkan mental dengan lebih dahsyat lagi!
Sampai jumpa di akhir pekan selanjutnya!
foto&teks: bayem&MI
Sampai jumpa di akhir pekan selanjutnya!
foto&teks: bayem&MI